Berprasangka Baik
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rezeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaannya bekerja. Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik perangai. Kemudian berturut-turut sang kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain dengan itikad supaya lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu. Sementara itu sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu ditempati bersama dengan kakaknya. Namun, karena kakaknya seringkali sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, dan sang adik seringkali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka. Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya, dan dia teringat adiknya selalu membaca selembar kertas apabila dia berdo’a menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a. Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do’a-do’anya tiada di kabulkan oleh Allah azza wa jalla. Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terimakasih atas nasehat itu. Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena samapi meninggalnya adiknyaitu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul. Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa di pakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a diantaranya Al-Fatihah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya : “Yaa, Allah. Tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu, Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku, bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemudahan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat,” sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyata adiknya tak pernah satukali pun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
0 komentar:
Post a Comment
thanks for visiting my website...
leave a comment please.. ^_^